Jakarta, OOTB – Kalau Anda adalah penggemar thriller dan suspense, buku ini adalah buku yang tepat buat Anda. Saya sendiri tidak terlalu familiar dengan karya terdahulu Raphael Montes dan jujur ketika saya membeli buku ini, saya cuma beli karena tertarik karena sampulnya yang unik.
Turns out, you can judge a book by its cover. Raphael adalah seorang penulis asal Brazil dan di negaranya, ia kerap disebut sebagak ‘Brazilian Stephen King’. ‘Perfect Days’ adalah buku keduanya, di mana ia diminta ibunya untuk menulis kisah cinta, sebuah lompatan yang berbeda dari kegelapan novelnya yang pertama‘Suicidas’. Well, this is indeed a love story, but from a twisted point of view.
Buku ini berkisah tentang Teo Avelar, seorang mahasiswa kedokteran yang punya pribadi yang kompleks, hampir menjurus ke psikopat. Bagaimana jika sosok seperti ini jatuh cinta pada sosok yang bertolak belakang? Sang Psikopat bertemu dengan perempuan cantik dan cenderung naif? Saya terus terang penasaran dengan reaksi ibu Raphael selesai membaca buku ini, karena buku ini memang bercerita tentang cinta, tapi cinta sepihak yang penuh obsesi, penculikan, dan penyiksaan.
Perjalanan cinta sepihak Teo pada Clarice mengingatkan kita pada sosok-sosok antagonis yang pernah ada sebelumnya, seperti Jean Baptiste Grenouille dari novel Perfume atau bahkan Hannibal Lecter di Silence of the Lambs. Jean Baptiste Grenouiile membunuh karena kecintaannya pada aroma, Hannibal Lecter membunuh karena kecintaannya pada kanibalisme, dan Teo Avelar membunuh karena kecintaannya pada…Clarice.
Kelebihan yang paling menonjol dari seorang Raphael Montes adalah kepiawaiannya dalam mengontrol ketegangan dalam tiap narasi, dan kemampuannya untuk membawa pembaca masuk ke dalam alam pikiran jenius Teo yang kompleks tetapi penuh penyimpangan, dengan sangat meyakinkan.
Karena cintanya tidak berbalas, pikiran paranoid Teo membawanya pada kesimpulan bahwa satu-satunya cara agar Clarice dapat jatuh cinta padanya adalah dengan menculik dan memaksa Clarice untuk jatuh hati dengan berbagai manipulasi seperti penculikan dan tekanan-tekanan psikologis, baik yang berbentuk penyiksaan fisik maupun mental.
Untuk Anda yang gampang bergidik membaca adegan kekerasan, sebaiknya pikir-pikir dulu sebelum membaca buku ini sih. Tetapi, ketika Anda penasaran dengan alam pikiran Teo Avelar, sesorang psikopat jenius yang tengah jatuh cinta, silahkan baca.
‘What you feel is infatuation. It’s an illness, an obsession. It’s anything but love.’
‘I don’t believe in the taxonomical classification of emotions, Clarice.’
Untuk melihat review novel lainnya dari Saya klik link berikut ya.